1. DEFINISI RISIKO
Risiko (bahasa Inggris : "Risk") merupakan pusat dari asuransi dan oleh karena itu
sebelum mempelajari asuransi secara detail perlu lebih dulu dipahami arti dari
risiko.
Disamping dari pusat asuransi, risiko adalah juga berada pada pusat kehidupan itu
sendiri sehingga pengertian risiko itu dapat dilihat dari berbagai segi kehidupan dan
sebagai akibatnya banyak dikemukakan orang mengenai pengertian atau definisi
risiko.
Namun, dalam pelajaran ini kita mengartikan risiko sebagai ketidak pastian dari
pada kerugian (uncertainty of loss).
Definisi yang sederhana ini mengandung dua unsur yaitu :
Ketidakpastian (uncertainty) dan kerugian (loss).
Istilah risiko (risk) dapat juga dalam arti benda atau objek pertanggungan subject
matter insured) dan bencana / bahaya (perils). Kapal, muatan barang, mobil,
bangunan dan lain-lain adalah beberapa contoh dari benda-benda pertanggungan.
Angin ribut, gempa bumi banjir, kecurian adalah beberapa contoh dari perils atau
bencana/bahaya yang dapat menimbulkan kerugian bila terjadi.
2. KLASIFIKASI RISIKO
Dalam dunia asuransi yang dimaksud risiko adalah, apabila risiko tersebut diartikan
sebagai ketidak pastian yang menimbulkan kerugian (Uncertainty of loss), yang
dimaksud disini kerugian daIam arti financial (financial risk), dimana kerugian
tersebut dapat dinilai secara financial atau dinilai dengan uang.
Risiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
2. 1 Speculative Risks (Risiko Spekulatif)
Risiko spekulatif adalah risiko yang memberikan kemungkinan
untung (gain) atau rugi (loss) atau tidak untung dan tidak rugi (break
even). Risiko Spekulatif disebut juga risiko dinamis (dynamic risk).
Contoh:
- Risiko dalam dunia perdagangan (kemungkinan untung atau rugi)
2.2 Pure Risks (Risiko murni)
Risiko yang hanya mempunyai satu akibat yaitu kerugian.
Sehingga tidak ada orang yang akan menarik keuntungan dari
risiko ini.
Contoh:
- Kebakaran
2.3 Fundamental Risk- (Risiko fundamental)
Risiko yang sebab maupun akibatnya impersonal (tidak
menyangkut seseorang). dimana kerugian yang timbul dari risiko
yang bersifat fundamental biasanya tidak hanya menimpa seorang
individu melainkan menimpa banyak orang.
Contoh :
- Gempa bumi - perang - Inflasi - dll
Risiko yang sifatnya fundamental dapat timbul misalnya dari :
1. Sifat masyarakat dimana kita hidup.
2. Dari peristiwa-peristiwa phisik tertentu yang terjadi diluar
kendali manusia.
2.4 Particular Risks (Risiko khusus)
Risiko khusus dimana risiko ini disebabkan oleh peri,stiwaperistiwa
individual dan akibatnya terbatas.
Contoh:
- Pencurian
2. 5 Perubahan Klasifikasi Risiko
Perubahan klasifikasi risiko dapat terjadi apabila penyebab
terjadinya risiko dan akibat dari risiko berubah atau dapat pula
disebabkan adanya cara pandang seseorang terhadap risiko
tersebut.
Contoh:
Dulu pengangguran dianggap sebagai kemalasan atau
kurangnya ketrampilan seseorang sehingga diklasifikasikan
sebagai Particular Risks. Tetapi kini orang cenderung
memandang pengangguran sebagai gejala yang umum, yang
diakibatkan kegagalan pemakaian sistem ekonomi, oleh karena
itu pengangguran dipandang sebagai Fundamental Risks.
2.6 Guna Klasifikasi Risiko
Klasifikasi risiko berguna dalam rangka menetapkan apakah
suatu risiko dapat diasuransikan atau tidak dan untuk
menentukian apakah suatu risiko lebih tepat ditangani oleh
pemerintah atau diserahkan kepada lembaga asuransi komersial.
2.7 Risiko yang dapat diasuransikan dan risiko yang tidak dapat
diasuransikan
Risiko spekulaif tidak dapat diasuransikan karena pada risiko ini
terdapat kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan.
Risiko murni dapat diasuransikan karena hanya mempunyai satu
kemungkinan yaitu mendatangkan kerugian, tetapi berdasarkan
pertimbangan secara yuridis maupun komersial tidak semua risiko
murni dapat diasuransikan.
Risiko fundamental; biasanya asuransinya dikelola oleh
pemerintah, hal ini dikarenakan akibat dari risiko ini dalam jumlah
dan area yang luas.
3. HAZARDS
Hazard adalah suatu keadaan yang bersifat kualitatif yang mempunyai
pengaruh terhadap frekweasi kemungkinan terjadinya kerugian ataupun
besarnya jumlah dari kerugian yang mungkin terjadi.
Hazard harus dibedakan dari perils. Perils adalah eventr yang menimbulkan
kerugian itu sendiri.. Misalnya kebakaran, tabrakan. Sedangkan hazard
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi maupun severity dari
perils.
3.1 Physical Hazard
Adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan aspek pisik dari suatu
benda, baik benda yang dipertanggungkan maupun benda yang
berdekatan. Aspek yang menambah kemungkinan terjadinya atau
besarnya kerugian dibandingkan dengan risiko rata-rata disebut Poor
Fhisical Hazards sedangkan aspek yang mengurangi terjadinya
kerugian dan besarnya kerugian disebut Good Physical Hazards.
Contoh :
Konstruksi dari suatu bangunan.
Bangunan dengan konstruksi kayu akan lebih besar kemungkinannya
terbakar dari konstruksi tembok. Ciri-ciri dari Physical hazards ialah
mudah diidentifikasi, dan mudah diperbaiki/dirubah.
Contoh physical hazards
Asuransi rangka kapal :
Usia kapal, konstruksi kapal, wilayah pelayaran.
Asuransi pengangkutan barang :
Jenis barang, Packing, muatan.
Asuransi kebakaran :
Konstruksi bangunan, okupasi lingkungan dan sebagainya.
Asuransi kendaraan bermotor :
Jenis kendaraan, penggunaan kendaraan dan sebagainya.
Asuransi kebongkaran :
Jenis barang yang ada dalam bangunan, alat-alat pengamanan dan
sebagainya.
Asuransi kecelakaan diri :
Pekerjaan, usia, kondisi pisik, kesehatan dan sebagainya.
Asuransi jiwa :
Usia, keadaan kesehatan, sejarah kesehatan keluarga, pekerjaan dan
sebagainya.
3.2 Moral Hazards
Adalah keadaan yang berkaitan dengan sifat, pembawaan dan karakter manusia
yang dapat menambah besarnya kerugian dibanding dengan risiko rata-rata.
Manusia itu terutama adalah tertanggung sendiri tapi juga pegawainya atau orangorang
sekitarnya.
Contoh :
Tertanggung menyampaikan informasi yang tidak benar, kurang hati-hati,
arrogant, awkward.
Pegawainya : Sabotase, Vandalisme, kurang hati-hati, sengaja membakar Orangorang
sekitar : Vandalisme
Ciri-ciri moral hazards adalah sulit diidentifikaskan, namun kadang-kadang
tercermin dari keadaan-keadaan tertentu seperti, tidak rapi, tidak bersih, keadaan
dimana peraturan keamanan / keselamatan kerja tidak dilaksanakan sebagaimana
mestinya (tidak disiplin). Ciri lain dari moral hazards ialah sulit diperbaiki/dirubah,
kar-ena menyangkut sifat, pembawaan ataupun karakter manusia.
Apabila moral hazards yang buruk menjurus pada bentuk penipuan atau
kecurangan, permohonan pertanggungan sebaiknya ditolak.
Apabila masih dalam bentuk kecerobohan, kurang hati-hati, masih dapat diatasi
misalnya dengan membatasi luas jaminan mengenakan excess/risiko sendiri,
memberlakukan warranty tertentu dan sebagainya.
ANALISA RISIKO
1. FREKWENSI DAN SEVERITY
- Bicara tentang risiko meliputi aspek frekwensi dan Severity.
- Konsep frekwensi dan Severity adalah suatu yang sangat dikenal dalam dunia
risiko dan asuransi.
- Hubungan antara frekwensi dan severity ialah bahwa biasanya frekwensi
tinggi - severity rendah, dan severity tinggi - frekwensi rendah
- Hubungan antara frekwensi dan severity berlaku juga dalam industrial
accident (Heinrich Tringle).
2. ANALISA RISIKO DENGAN STATISTIK
Dalam mengukur frekwensi dan severity suatu risiko, kita berhubungan erat dengan
statistik.
Statistik dapat dibagi dalam dua bagian :
2 1 Statistik Deskriptif
Pengumpulan informasi secara sistematik, penyajian dan diskripsi. Teknik
penyajian dapat dilakukan dengan grafik, bar chart pie chart, histogram.
atau pictogram.
2.2 Statistik Induktif / inferensial
- Statistik ini Iebih baik dari statistik deskriptif.
- Statistik deskriptif hanya bersifat historis dalam arti hanya melihat dan
menggambarkan menguraikan apa yang telah terjadi.
- Statistik Inferensial mengambil kesimpulan dari suatu populasi yang biasanya
berdasarkan data yang diperoleh dari suatu sampel.
- Merupakan haI yang lazim dilakukan bukan hanya dalam asuransi
- Cara mengambil kesimpulan ini penting agar sebuah perusahaan dapat
melakukan estimasi, misalnya mengenai jumlah dan besarnya kerugian.
3. TEORI PROBABILITAS (PROBABILITY THEORY)
Da1am analisa risiko kita mencari cara untuk mengukur keyakinan kita mengenai
kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu.. Salah satu cara ialah teori
probabilitas.
3.1 Apriori
- Jumlah dari event yang kerugiaannya telah diketahui.
- Dalam kenyataannya jumlah dari seluruh event yang mungkin,
biasanya tidak diketahui.
- Konsep Apriori terbatas aplikasinya.
Contoh :
Melempar uang logam, melempar dadu
3.2 Probabilitas subyetif
Pengalaman sebelumnya terhadap suatu risiko sangat minim atau
mungkin sama sekali tidak ada. Dalam hal ini penentuan
probabilitas akan dilakukan secara Subyektif.
Cara ini dilakukan juga dalam asuransi
Contoh :
Menerima pertanggungan atas jari gitaris atau pianis.
3.3 Frekwensi Relatif
Salah satu masalah mengukur risiko adalah bahwa Jumlah seluruh kejadian
(endome) yang mungkin tidak diketahui.
Dalam motor accident, kita tidak pernah mengetahui sebelumnya berapa
accident yang akan terjadi dan sejauh mana akibatnya. Kita hanya dapat
melihat peagalaman-pengalaman sebelumnya yang dapat dijadikan dasar
untuk menghitung kemungkinan.
Misalnya, kita mengoperasikan 1500 buah kendaraan komersial dan
selama beberapa tahun rata-rata 50 buah kendaraan yang mendapat
kecelakaan setiap tahun.
Berdasarkan pengalaman ini dapat kita katakan bahwa probability dari salah
satu kendaraan akan mengalami kecelakaan tahun berikutnya adalah 50/1500
= 0,333.
Dengan kata lain, probability satu keceIakaan tahun berikutnya sama dengan
Frekwensi ReIatif kecelakaan yang terjadi tahun-tahun sebelumnya.
Perkiraan probabilitas secara empiris diatas cukup wajar bila tidak terjadi
perubahan pada tahun yang akan .datang seperti misalnya : perubahan tingkat
inflasi, kema,juan teknologi, aspek psikologis, dan lainlain. Oleh karna itu
untuk lebih akurat, perlu disesuaikan dengan perobahan-perobahan yang
terjadi.
MANAJEMEN RISIKO
I. KONSEP
1.1 Manajemen Risiko merupakan suatu proses INDENTIFIKASI,
EVALUASI, dan PENGENDALIAN dari sisi ekonomi atas risikorisiko
yang dapat mengancam (threaten) kekayaan atau kemampuan
menghasilkan pendapatan dari suatu organisasi.
1.2 Manajemen Risiko harus dapat menyeleksi :
Metode pengelolaan risiko yang bisa menghasilkan suatu
keuntungan ekonomi dari perusahaan.
1.3 Asuransi hanya dilihat berbagai satu dari sejumlah metode yang
digunakan dalam menanggulangi risiko.
1.3 Dalam prakteknya ilmu ini membutuhkan pengetahuan dan
ketrampilan dari seorang pejabat perusahaan yang dikenal sebagai
Manager Risiko (Risk Manager).
II. PROSES MANAJEMEN RISIKO
RISK EVALUATION
SEVERIRY FREQUENCY
RISK CONTROL
FINANCIAL PHYSICAL
RETENTION TRANSFER ELIMINATION MINIMISATION
RISK IDENTIFICATION
RISK IDENTIFICATION
􀂃 Usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko-risiko yang mungkin
timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
􀂃 Risiko-risiko yang dihadapi harus dilihat dalam pengertian yang
paling luas, jadi tidak terbatas pada risiko-risiko yang dapat
diasuransikan.
􀂃 Pemeriksaan Fisik.
􀂃 3 (Tiga) cara yang dapat membantu dalam mengidentifikasikan
risiko:
1. Bagan Organisasi (Organisational Chart)
Menunjukkan struktur organisasi dari perusahaan. Dari struktur
organisasi ini akan terlihat kelemahan yang ada dalam perusahaan.
2. Bagan Alir (Flow Chart)
Biasanya .sangat berguna untuk perusahaan yang memiliki sistem
pabrikasi atau produksi yang melibatkan bahan-bahan dengan proses
produksi secara keseluruhan.
3. Daftar Periksa (Check List)
Membuat suatu daftar pertanyaan mengenai aktifitas utama dalam
Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya mengenai risiko yang dihadapi
dalam pengoperasian pabrik tersebut.
RISK EVALUATION
􀂃 Tujuannya adalah mengevaluasi dampak daripada risiko terhadap
perusahaan sehingga perusahaan dapat memutuskan cara yang
paling tepat untuk menanggulanginya.
􀂃 Evaluasi risiko sangat tergantung kepada tersedianya
data/pengalaman dimasa lalu.
RISK CONTROL
􀂃 Merupakan tahap terakhir dari proses Manajemen Risiko.
􀂃 Terbagi dalam 2 (bagian) :
􀂾 Financial Risk Control
􀂾 Physical Risk Control
• Tahap terakhir ini adalah yang terpenting di mana Manajer Risiko
harus menggunakan seluruh informasi yang dimilikinya untuk
mengambil keputusan-keputusan yang terbaik atas nama
perusahaannya.
• Financial Risk Control
1. Risk Retention
􀂙 Indentifikasi & Evaluasi, maka dapat disimpulkan suatu
tingkat kerugian tertentu, misalnya kerugian kebakaran yang
mungkin terjadi dalam satu tahun.
􀂙 Berdasarkan data-data tersebut, dapat diambil langkahlangkah
sbb :
􀂾 Deductible
􀂾 Self Insurance
􀂾 Captive Insurance
􀂾 Excess
􀂾 Franchise
􀂾 Under Insurance karena Berlakunya Average
􀂾 First Loss Policy
2. Risk Transfer
􀂙 Pada situasi tertentu, perusahaan perlu memindahkan akibat
kerugian yang mungkin terjadi kepada pihak lain.
􀂙 Ada 2 (dua) cara :
1. Memindahkan aktifitas yang dapat menimbulkan risiko
Contoh : Kontraktor melakukan sub-kontrak kepada
perusahaan lain.
2. Contractual Condition
Contohnya . Pihak Penyewa bertanggungjawab terhadap
kerusakan barang yang disewanya.
􀂙 Bentuk yang paling umum dalam memindahlcan risiko ini
adalah dengan Asuransi
PHISICAL RISK CONTROL
􀂃 Risk Elimination
Menghilangkan atau menghindarkan risiko
􀂃 Risk Minimisation
􀂙 Metode ini timbul sebagai akibat tidak mempunyai perusahaan
menghilangkan atau menghindari risiko, sehingga perlu dipikirkan
bagaimana caranya agar risiko atau kerugian yang mungkin terjadi
dapat diperkecil.
􀂙 Usaha memperkecil terjadinya kerugian dibagi dalam 2 (dua) bagian:
􀂾 Pre-Loss Minimisation
􀂾 Post-Loss Minimisation
MANAJEMEN RISIKO
I. KONSEP RISIKO
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat menlepaskan diri dari
ketidakpastian. Baik secara individu ataupun kelompok kita selalu dikelilingi
oleh ketidakpastian tersebut, baik di rumah, di jalan, di sekolah, di kantor, atau
di manapun kita berada.
Sebagai contoh :
Dalam hubungan dengan pekerjaan, walaupun kita selalu rajin dan tidak pernah
absen kita tidak tahu secara pasti bahwa kita akan mendapat gaji yang besar atau
mendapat promosi atas jabatan tertentu. Atau seandainya pimpinan perusahaan
memutuskan untuk memberikan bonus kepada karyawannya, ini tidak berarti
bahwa produktivitas kerja akan meningkat dan lebih efisien; kita tidak tahu
secara pasti.
Contoh lain sehubungan dengan perluasan usaha, walaupun kita menambah
mesin-mesin produsi yang baru kita tidak tahu secara pasti apakah usaha kita
akan lebih berhasil.
Dari contoh-contoh ini, kita dapat menyimpulkan bahwa semua orang tidak akan
terlepas dari risiko atau ketidakpastian tersebut.
Kata risiko itu sendiri sering digunakan dalam berbagai arti, tetapi biasanya
menggambarkan suatu ketidak pastian, keraguraguan atau kemungkinan akan
terjadinya kerugian: Dalam literature maupun dalam diskusi sehari-hari banyak
kita temukan bermacam-macam definisi mengenai risiko antara lain :
- Risk is a combination of hazard.
- Risk is the possibility of loss.
- Risk is the possibility of an unfortunate occurance, dll.
Berkaitan dengan diskusi kita kali ini, definisi risiko yang akan kita gunakan
adalah : "Risiko adalah suatu ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa
yang dapat menimbulkan kerugian (Risk is the uncertainty of loss).
II. KLASIFIKASI RISIKO
Sebelum kita membahas lebih jauh masalah Manajemen Risiko, ada baiknya
kita mengerti terlebih dahulu jenis-jenis atau klasifikasi risiko itu sendiri.
Secara umum risiko dapat diklasifikasikan dalam : .
II.1. RISIKO MURNI (PURE RISK)
Risiko murni adalah suatu peristiwa yang apabila terjadi selalu
menimbulkan kerugian, atau paling tidak break even (tidak untung
tidak rugi). Misalnya : Kebakaran, gempa bumi, kebanjiran, huru-hara,
kecelakaan dll.
II.2. RISIKO SPEKULATIF (SPECULATIVE RISK)
Risiko spekulatif adalah suatu peristiwa yang apabila terjadi dapat
menimbulkan suatu kerugian, break even (tidak untung tidak rugi),
bahkan mungkin bisa mendatangkan keuntungan.
Risiko-risiko semacam pada umumnya terdapat dalam dunia bisnis dan
perjudian .(gambling); di mana terdapat faktor yang memungkinkan
seseorang mendapatkan keuntungan.
Contoh : Pemasaran produk baru, meningkatkan harga jual, ikut dalam
perjudian dan lain-lain.
II.3. RISIKO FUNDAMENTAL
Risiko fundamental adalah suatu peristiwa yang baik sebab maupun
akibat yang ditimbulkannya bukan berasal dari individu dan dampaknya pada
umumnya menimpa orang banyak dan biasanya bersifat katastropal
(dalam skala besar).
Risiko-risiko ini dapat timbul dari :
a. Peristiwa-peristiwa phisik tertentu yang terjadi diluar kemampuan
seseorang / individu.
Contoh : gempa bumi, gunung meletus, banjir, angin topan dll
b. Sifat masyarakat atau gejala masyarakat di mana kita hidup.
Contoh : perang, inflasi, perubahan mode dll.
Karena risiko fundamental pada umumnya menyangkut/berakibat
kepada mayarakat banyak, pemerintah biasanya banyak turut
campur dalam penangannya. Misalnya dengan mengadakan
program-program penanggulangan seperti penanggulangan bencana
alam, program pemberian tunjangan untuk unemployment, atau
wajib asuransi atas risiko-risiko tertentu.
Misalnya : Taspen, Astek, Jasa Raharja, Askes, dll.
Hal semacam juga dilakukan pula diluar negeri misalnya : Motor
Insurance, Employers' liability, Nuclear Energy Risks, Solicitors'
Professional Indemnity dll.
II.4 RISIKO PARTIKULAR (PARTICULAR RISK)
Risiko partikular adalah suatu risiko yang penyebabnya dilakukan
oleh individu-individu dan dampaknya terbatas, di mana kita dapat
menunjuk individu/seseorang yang menyebabkannya. Misalnya,
kebakaran, pencurian, kecelakaan dll.
Ketidak pastian dapat menimbulkan dua akibat yang berbeda yaitu
positip atau negatip. Sehubungan dengan definisi kita, kita hanya
akan memfokuskan pada ketidakpastian yang dapat menimbulkan
sesuatu yang negatip yaitu kerugian.
Pertanyaan yang mungkin timbul disini adalah : Dapatkah kita
merubah ketidak pastian tersebut menjadi sesuatu yang lebih pasti ?
Jawabannya adalah ya..dapat, yaitu dengan mengelolanya atau
menangani ketidakpastian itu melalui apa yang kita sebut dengan
“Manajemen Risiko”.
Semakin besar dan semakin komplex suatu bisnis, semakin besar
dan komplex pula ketidakpastian yang akan terjadi.
PENGERTIAN MANAJEMEN RISIKO
Dalam Arti Sempit :
Hanya berhubungan dengan risiko-risiko yang dapat diasutansikan saja.
Dalam Arti Menengah :
Bertanggung jawab secara menyeluruh atas kemungkinan--
kemungkinan timbulnya kerugian karena risiko yang terjadi.
Dalam Arti Luas :
Berhubungan dengan semua risiko yang ada dalam perusahaan dan
bertanggung jawab atas hasil dan kelangsungan hidup perusahaan.
IV. DEFENISI MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko merupakan suatu sistem pengawasan risiko. dan
perlindungan atas harta benda, keuntungan, serta keuangan suatu badan
usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya suatu kerugian
karena adanya risiko tersebut.
Dalam pengertian praktis konsep ini dapat diartikan sebagai : Proteksi
ekonomis terhadap kerugian yang mungkin timbul atas aset dan pendapatan
suatu perusahaan.
V. TUJUAN MANAJEMEN RISIKO
Menekan atau menghapuskan risiko, yang apabila terjadi dapat
mengakibatkan kerugian atau tidak dapat tercapainya tujuan perusahaan.
VI. KEBUTUHAN AKAN MANAJEMEN RISIKO
Dalam konteks ini adalah wajar jika timbul pertanyaan dalam benak kita :
Mengapa manajer risiko masih dibutuhkan dalam suatu perusahaan jika
disitu telah ada independent agent atau broker yang dapat melakukannya ?
Apakah tidak akan mubazir atau overlap mempunyai dua orang yang berbeda
dengan tugas-tugas dan tanggung jawab yang identik ?
Menurut Lester (1987 : 23), ada 3 jawaban dasar atas pertanyaan tersebut
diatas :
Pertama, fungsi-fungsi yang dijalankan oleh manajer risiko adalah tidak sama
dengan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh independent agent atau broker, di
mana tugas manajer risiko mempunyai skala yang lebih luas dibandingkan
hanya membeli proteksi asuransi.
Kedua, dalam pengalamannya suatu perusahaan sering menghadapi kesulitan
untuk merancang program asuransi yang baik tanpa adanya seseorang dari
dalam perusahaan yang benar-benar menanganinya. Broker atau agent dari
pihak luar tidak benar-benar menguasai seluk beluk internal bisnis.
Ketiga, ada kencenderungan bahwa agent hanya menjual polis-polis yang
mereka sudah kenal saja atau yang mudah didapat dan mereka enggan untuk
menganalisa risiko-risiko lain yang tidak tercakup dalam polis standard
tersebut.
VII. PROSES MANAJEMEN RISIKO
Pada dasamya manajemen risiko meliputi suatu proses yang mencakup tiga
tahapan :
- Identifikasi Risiko (Risk Identification)
- Evaluasi/analisa Risiko (Risk Evaluation)
- Pengawasan Risiko (Risk Control)
VII. 1. IDENTIFIKASI RISIKO
Sebelum kita membicarakan teknik-t(knik identifikasi risiko lebih
!anjut, ada 3 hal penting yang harus diperhatikan :
Pertama, tidak ada satu metode pun, baik itu research atau on the
spot inspection, yang dapat mewakili atau merangkum semua
exposure yang dihadapi dalam suatu perusahaan. Jadi dafam haf ini
diperlukan kombinasi dari beberapa teknik atau disiplin ilmu.
Kedua, karena keterbatasan keuangan (budget constraint), manajer
risiko harus mampu mernilih, metode-metode yang dapat
menghasilkan hasil yang baik.
Ketiga, identifikasi risiko harus merupakan kegiatan yang terus
menerus dilakukan (on going process), karena organisasi mempunyai
sifat yang dinamis tidak statis.
Pada tahap Identifikasi Risiko ini manajer risiko berusaha
menginventarisasi semua potensi risiko yang dihadapi. Dalam hal ini
tugas identifikasi risiko dapat dibagi dalam dua kategori :
a) The perception of risk : kemampuan untuk dapat mengamati
adanya suatu exposure (situasi-situasi yang dapat menimbulkan
bahaya).
b) Proses identifikasi itu sendiri.
Perangkat-perangkat yang dapat digunakan dalam proses identifikasi
risiko antara lain :
􀂃 Organisational Charts :
Dari organisational chart ini seseorang dapat melihat struktur
organisasi suatu perusahaan dan hubungan antar bagian yang
ada sehingga memungkinkan kita untuk melihat/mendeteksi
kelemahan-kelemahan atau problem-problem yang mungkin
timbul disetiap bagian yang ada.
􀂃 Flow Charts :
Flow chart sangat berguna bagi manajer risiko karena dari
sinilah seseorang dapat melihat alur distribusi material atau
sistem manufacture dalam proses produksi, sehingga
memungkinkan kita untuk dapat mengindentifikasi
kemungkingan-kemungkinan yang dapat timbul dalam proses
tersebut.
Check List :
Sejumlah pertanyaan mengenai setiap item dad pada perils atau
hazards yang dapat timbul dalam perusahaan bersangkutan.
Perangkat perangkat lainnya yang dapat digunakan, selain yang
disebut diatas, antara lain : Financial & Accounting record,
Fault Tree, Safety Audits dll.
VII.2. EVALUASI/ANALISA RISIKO :
Tahap kedua dalam proses manajemen risiko adalah melakukan
evaluasi/analisa risiko, di mana data-data yang telah diperoleh pada
tahap identifikasi risiko dianalisa dan diukur baik secara kualitatip
maupun kuantitatip dengan pendekatan-pendekatan statistik,
ekonomi dan rekayasa.
Qualitative analysis :
Estimation of physical effect to the flow of production without
placing any monetary value. --> Bisa didapat dari experience
(pengalaman)
Quantitative analysis:
Involved as the calculating the financial consequences of
interruption to the production. --> Data & Statistik
Dalam melakukan analisa risiko, dasar pemikiran kita harus bertolak
pada anggapan bahwa suatu peristiwa akan atau tidak akan terjadi.
Dua faktor penting yang harus kita amati adalah "frekwensi" dan
"severity", serta hubungan antara kedua faktor tersebut.
Frekwensi : Berkaitan dengan sering atau tidaknya suatu risiko terjadi
Severity : Berkaitan dengan besar atau kecilnya akibat yang
ditimbulkan atas terjadinya suatu risiko.
Operasional suatu pabrik kimia mempunyai tingkat risiko yang sangat
tinggi. Hal ini bukan karena pabrik tersebut sering terbakar, tetapi lebih
berdasarkan anggapan bahwa apabila loss terjadi dampaknya akan besar
sekali Severity
Sebaiknya sebuah Department Store yang besar cenderung menafsirkan
pecahnya kaca atau risiko pencurian barang mempunyai tingkat risiko
yang tinggi. Hal ini bukan karena anggapan bahwa apabila terjadi loss
akan mengakibatkan dampak keuangan yang besar, tetapi lebih
berdasarkan anggapan seringnya terjadi kerugian semacam. !n amount
kecil-kecil, tetapi frekwensi pecahnya kaca / pencurian sangat sering
terjadi firekwensi.
Dalam asuransi hubungan kedua faktor tersebut biasanya :
"High frekwensi of Low Severity"
atau
"Low frekwensi of High Severity"
Misalnya :
Untuk risiko perumahan --> banyak kerugian kecil yang terjadi, tetapi
sedikit kasus di mana rumah terbakar completely (figure 1 a). Figure
1b. memperlihatkan sebaliknya Low frequency high severity
(contohnya : Aviation risk).
VII.3. PENGAWASAN RISIKO
Pada tahap ini manajer risiko menjalankan dua tugas :
Pertama, merancang cara terbaik dan ekonomis untuk menekan risiko
sampai ketitik minimum yang dapat dicapai
Kedua, berusaha secara terus menerus mempertahankan tingkat
risiko minimum yang telah dicapai.
Pengawasan risiko dapat dilakukan melalui dua macam pendekatan
yaitu :
a). Pendekatan secara phisik
b). Pendekatan secara financial.
VII.3.a. Pendekatan secara phisik dapat dilakukan melalui :
- Penghapusan risiko
- Pengurangan risiko
- Pencegahan risiko
Penghapusan Risiko :
- Mengabaikan risiko
- Menghapuskan risiko
- Mengasumsikan risiko (mengalihkan tanggung jawab)􀂃 Pengurangan Risiko
- Menjauhi kegiatan yang mengandung risiko yang
relatip besar.
- Mengsubkontrakkan kegiatan yang mengandung risiko
yang relatip besar kepada pihak lain.
- Memasang tanda-tanda peringatan atau larangan.
Menerapkan metode kerja yang baik, penjagaan dan
keamanan.
- Membangun prasarana yang lebih baik misalnya :
Gudang tahan api, tahan gempa dll.Pencegahan Risiko-Risiko
- Menyediakan alat-alat yang dapat menanggulangi
risiko.
- Mengatur.ruan~ atau mengatur lay-out yang lebih baik.
- Memisahkan kegiatan-kegiatan yang mengandung risiko
besar dan risiko kecil.
- Memasang saluran air, saluran asap atau saluran panas.
Sumber :
s2informatics.files.wordpress.com/2007/11/introduction.